Pasar saham global menunjukkan tren pemulihan setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan penundaan pengenaan tarif impor selama 90 hari terhadap puluhan negara, Kamis 10 April 2025.
Indeks Saham AS dan Jepang Melonjak Usai Pengumuman
Dikutip dari Reuters, indeks saham AS langsung menguat setelah Trump mengumumkan penundaan tarif. Indeks S&P 500 ditutup menguat 9,5% pada Rabu (9/4), sementara indeks saham Jepang N225 naik lebih dari 8%. Penguatan juga dirasakan di pasar Eropa, meski harga minyak global justru turun 1% akibat kekhawatiran terhadap dampak perang dagang terhadap ekonomi global.
Kebijakan Trump ini menambah catatan inkonsistensi yang kerap menimbulkan ketidakpastian. Sejak kembali ke Gedung Putih pada Januari, Trump berulang kali mengancam akan menaikkan tarif namun sering mencabut ancamannya di menit-menit terakhir.
China Tetap Kena Tarif Tinggi, Potensi Perang Dagang Kembali Terbuka
Meski banyak negara diberi keringanan, China tetap menjadi target utama. Trump menaikkan tarif impor produk China dari 104% menjadi 125% pada Rabu. Tindakan ini memicu reaksi keras dari Beijing, yang langsung membalas dengan tarif sebesar 84% terhadap impor dari AS. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning menyatakan, “Kami tidak takut dengan provokasi. Kami tidak akan mundur.”
Strategi Global Menghadapi Ketegangan Dagang
Di tengah ketegangan ini, negara-negara lain seperti Vietnam, Jepang, dan Korea Selatan berupaya menjalin kesepakatan dagang dengan AS. Sementara itu, Beijing menjalin komunikasi dengan Uni Eropa dan Malaysia. Australia secara tegas menolak ajakan Tiongkok untuk berkoalisi melawan tarif AS.
Meskipun pasar saham Tiongkok sempat stabil karena harapan akan dukungan negara, mata uang yuan melemah ke titik terendah sejak krisis keuangan global. Goldman Sachs pun menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China untuk 2025 dari 4,5% menjadi 4%.